Ketika Petrus dihardik oleh Tuhan Yesus karena ia tidak memikirkan apa yang
dipikirkan oleh Allah, Petrus diidentifikasi sebagai iblis (Mat. 16:23). Cara
berpikir manusia adalah cara berpikir iblis, artinya cara berpikir hasil asuhan
dunia yang ada dalam kekuasaan iblis. Banyak orang menganggap cara hidup
demikian itu sebagai suatu kewajaran. Betapa sulitnya menyadarkan orang bahwa
mereka sebenarnya sudah tersesat. Kehidupan wajar bagi manusia pada umumnya
adalah cara berpikir yang tidak sesuai dengan Tuhan. Tuhan Yesus juga
mengatakan bahwa itu batu sandungan bagi Tuhan Yesus. Batu sandungan dalam teks
aslinya adalah skandalon (σκάνδαλον) yang juga memiliki pengertian sesuatu yang
menjatuhkan atau menghambat. Sebagai Penebus, Tuhan Yesus hendak mengambil alih
segenap hidup orang percaya untuk diubah sesuai dengan kehendak-Nya. Sehingga
hidup orang percaya menjadi kehidupan yang memperagakan pribadi-Nya.
Tetapi cara berpikir yang salah yang menjadi penghambat perubahan itu.
Tuhan hendak mengkloning setiap orang percaya menjadi “foto copy” atau
duplikat-Nya. Kata foto kopi atau duplikat terdapat dalam kejadian 1:26-27 sama
artinya dengan menurut rupa (tselem; םֶלֶצ) dan gambar Allah (demuth; תוּמְדּ). Karya Allah yang dirusak iblis
di Eden akan diperbaiki atau dipulihkan kembali sekarang di dalam kehidupan
orang percaya. Bagi mereka yang bersedia diperbaiki ulang atau dipulihkan harus
bersedia diubah setting berpikirnya. Perubahan cara berpikir ini harus menjadi
proyek yang sepanjang umur hidup sampai menghadap Bapa. Untuk masuk proyek ini
seseorang harus menyediakan diri dengan segenap hidup dan harus bersedia
meninggalkan segala sesuatu, di dalamnya yang terutama adalah cara berpikir
yang salah (Luk. 14:33).
Inilah yang dimaksud mengerjakan
keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12). Kalau seseorang bersedia
menerima pembentukan oleh Tuhan, ia dapat menjadi manusia Allah (man of God).
Mereka adalah orang-orang yang mengenakan kodrat Ilahi (2 Ptr. 1:3-4). Tentu
saja semua tindakan dan perbuatannya tidak bercacat di hadapan Allah. Mereka
adalah orang-orang yang dapat dijadikan saudara oleh Tuhan Yesus Kristus (Rm.
8:28-29). Mereka juga orang-orang yang bisa diajak sependeritaan dengan Tuhan
(Rm. 8:17), segenap hidupnya dipersembahkan bagi kepentingan Tuhan. Sehingga
mereka akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Kehidupan orang percaya
harus menjadi cermin yang dapat merefleksikan atau menunjukkan pribadi Tuhan
Yesus sendiri, dengan demikian seseorang barulah menjadi saksi Kristus. Saksi
Kristus bukan melalui perkataan atau perdebatan adu argumentasi, tetapi
kehidupan yang agung yang memancarkan pribadi Allah sendiri. -Solagracia-
Karya Allah yang dirusak
iblis di Eden akan diperbaiki atau dipulihkan kembali sekarang di dalam
kehidupan orang percaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar